Jumat, 09 April 2010

ADHD--penting bagi mereka yang berhubungan dengan anak-anak!

Zaman sekarang ketika polusi terjadi dimana-mana menyebabkan munculnya suatu fenomena yang kebanyakan hanya disadari oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia psikologi dan psikiatri--yaitu meningkatnya orang yang mengalami gangguan baik jiwa dan perkembangan.

Penelitian membuktikan bahwa 90% manusia pasti pernah mengalami gangguan jiwa (ex: depresi, bipolar, post partum depression, post traumatic syndrome disorder, dll) setidaknya sekali. Sementara itu survei yang dilakukan Dr. Dwijo di sekolah-sekolahan di Jakarta menyingkap bahwa 1 dari 4 anak mengalami gangguan perkembangan.
Gangguan perkembangan yang paling sering terjadi pada anak-anak yang masih beraktifitas normal ini adalah attention deficit. Gangguan ini menyebabkan anak kesulitan dalam berkonsentrasi/fokus. Gejala-gejala yang dialaminya antara lain nge-blank
(mendadak lupa apa yang sedang dipikirkan, mendadak tidak bisa sesuatu yang sudah bisa dilakukan, dll), sering lupa, susah konsentrasi, dll.

Kebanyakan orang tua yang tidak tahu akan mengatakan bahwa anaknya malas, lemot atau bodoh. Gejala-gejala ini timbul karena adanya pemicu pada sang anak, misalnya stres atau makan makanan yang tidak sesuai.

Gangguan ini muncul sebagai semacam reaksi alergi dari polutan, pengawet, pewarna, gluten, dan... (maaf, saya lupa yang lainnya). Faktor makanan menjadi salah satu yang paling susah diatasi karena makanan yang benar-benar bersih dari pengawet dan timbal hitam sekarang mungkin hanya makanan organik. Bahkan bayi dalam kandungan pun bisa kena dari sang ibu. Sebisa mungkin anak-anak ini harus menghindari junkfood, produk-produk dari susu, MSG, makanan yang lemaknya banyak, fastfood dan awetan. Patut diingat bahwa anak-anak ini sangat terpengaruh faktor biologis! Apalagi karena metabolisme tubuh mereka sedikit berbeda dari orang normal.

Anak-anak dengan gangguan ini yang biasanya ketahuan adalah anak-anak ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder). Yang paling kasihan adalah mereka yang tidak teridentifikasi sehingga tidak mendapatkan bantuan dalam mengatasi gejala-gejalanya. Jika mereka mendapatkan penanganan dan perlakuan yang benar sejak dini dari orang tuan, psikiater/psikolog anak, dan orang-orang di sekitarnya, gejala yang dialami mereka bisa berkurang/hilang.
Sayangnya kebanyakan dokter umum dan dokter anak di Indonesia ini tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hal ini sehingga banyak anak yang tidak teridentifikasi hingga sudah terlambat atau gejalanya sudah menjadi sangat parah. Terkadang pihak orang tua yang tidak bisa menerima anaknya juga yang menyebabkan keterlambatan penanganan sang anak. Hal inilah yang sering kali membuat para psikolog anak dan psikiater anak kesusahan.

Untuk membantu anak-anak dengan gejala ADD (Attention Deficit Disorder) ini, terkadang sang psikolog/psikiater anak akan menganjurkan penggunaan obat. Ada dua jenis obat yang umum digunakan, yaitu Ritalin dan Concerta.
Ritalin sudah cukup lama digunakan dan dikenal masyarakat Indonesia, bahkan ada dalam MIMS Indonesia (hal 107 kolom 4f. Obat SSP Golongan Lain & Obat ADHD). Sementara Concerta relatif lebih baru dari Ritalin. Kedua obat ini secara garis besar sama, hanya berbeda merek dagang. Kandungan utamanya adalah Methylphenidate HCl yang berfungsi sebagai psikostimulan. Jangan disamakan dengan narkoba! (karena terkadang Methylphenidate disalah kira sebagai amphetamine)

Obat ini bekerja dengan memperbaiki otak sehingga impuls-impuls di otak tidak terputus-putus dan sang anak dapat berkonsentrasi lebih baik. Durasi efek Concerta kurang lebih selama 8 jam (efek sampingnya adalah menurunnya nafsu makan pada anak-anak kurus dan normal, tapi pada anak-anak yang gemuk malah meningkatnya nafsu makan).
Dulu pengobatan dengan Ritalin dilakukan dengan adanya drugs holiday--pemberhentian pemakaian ketika sang anak sedang libur sekolah atau tidak ada tekanan. Tapi penelitian rupanya membuktikan bahwa dengan metode itu tidak bisa terjadi perbaikan permanen pada otak sang anak. Ternyata yang terbukti melakukan perbaikan permanen adalah pemberian obat ini selama 2 tahun dengan pemantauan dari psikolog dan psikiater anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar