Hasil riset pakar psikolog mengenai perilaku ADHD belum tahu jawaban yang pasti, tapi penyebabnya dari berbagai faktor, misalnya faktor keturunan, karena kondisi lingkungan, pengaruh dari makanan, atau gangguan ketidak-harmonisan di dalam keluarganya; perceraian, penyalahgunaan zat adiktif dll. Jadi bagi para orangtua sebaiknya mengikuti perkembangan anak-anaknya sejak awal, sehingga hal ini bisa diminimalisir dan dicegah sedini mungkin.
Teori-teori Penyebab ADHD
- Cedera otak. ADHD bisa terjadi akibat dari infeksi, luka berat, atau komplikasi yang tejadi semasa hamil atau persalinan.
- Merokok. Orangtua terutama ibunya semasa hamil suka merokok, dan perilaku merokok dianggap sebagai pelarian karena sedang mengalami gangguan perhatian, depresi, atau stres, dapat mempengaruhi janin. Sampai saat ini belum ada hubungan ADHD dengan ibu perokok , tapi dari hasil riset telah terbukti dengan jelas bahwa ibu yang merokok selama masa kehamilan adalah satu penyebab gangguan perhatian pada anak-anak.
- Cedera kelahiran. Hasil riset mencurigai penyebab utama ADHD adalah berkaitan dengan neurologis masa kanak-kanak akibat cedera, atau sakit waktu kelahiran.
- Kematangan otak yang tertunda. Hasil riset mengatakan belum ada bukti neurologis yang mendukung teori ini, dan sifatnya masih hipotesis, meski pun perilaku anak-anak ADHD tampak ada gejala-gejala defisit sosial; kurang perhatian, impulsif, dan susah diatur.
- Keracunan timah hitam. Timah hitam sangat berbahaya bagi saraf. Timah hitam bisa ditemukan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: cat dinding rumah dan sudah mengelupas, solder yang digunakan untuk mengelas pipa air, polusi dari bensin yang mengandung timah hitam menimbulkan tingginya kadar timah hitam yang mencemari udara : knalpot dari kendaraan bermotor, polusi pabrik limbah yang mengandung timbal.
- Bahan tambahan pada makanan. Dr. Benjamin Feingold (tahun 1974), spesialis alergi anak, menyatakan bahwa separuh lebih dari hiperaktivitas anak-anak disebabkan oleh pewarna, pengawet, dan perasa buatan (pemanis buatan : aspartam yang terdapat dari merk dagang ‘Equal’ dan ‘Nutrasweet’, penelitian Dr. Grant Martin, Penerbit BIP 2008).
- Makanan tidak sehat. Sebaiknya orangtua memilihkan makanan yang tidak menggunakan zat pewarna dan perasa buatan, begitu juga dengan cokelat, MSG, zat pengawet, kafein. Disarankan mengonsumsi yang rendah gula dan bahkan bebas susu, jika di keluarga ada yang mempunyai masalah mengonsumsi susu sapi. Riset Dr. Conners menyimpulkan bahwa gula dan karbohidrat yang dimakan sendirian saat sarapan bisa menimbulkan masalah perilaku, hal ini bisa dicegah jika digabung dengan protein.
- Gula halus. Gula sebagai salah satu penyebab hiperaktif sudah ditengarai sejak tahun 1929, tapi sampai sekarang bahkan cenderung orang mengonsumsi gula secara berlebihan, dan inilah salah satu penyebab makin banyaknya anak-anak pengidap ADHD. Cara menetralisirnya Dr. Conners menyarankan dan menganjurkan agar imbangi makanan dengan asupan protein yang cukup. Ahli gizi dapat membantu andamemilih makanan yang sehat bergizi dan seimbang.
- Penyakit medis. Penyakit ini bisa menjadikan hal buruk yang spesifik. Penyakit-penyakit ini bisa dihubungkan dengan gejala-gejala ADHD termasuk kekurangan zat besi (anemia) karena cacing kremi. Jangan anggap enteng dengan anemia karena cacing, segera periksakan anak anda kalau tampak sering lemas, bisa saja anak mengidap cacingan.
- Obat-obatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa obat-obatan seperti obat penenang akan memicu munculnya ADHD terhadap anak-anak. Obat-obat penenang itu bisa ditemukan pada obat flu, obat asma, obat alergi. Orangtua harus waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan yang akhirnya bisa memperburuk kondisi anak. Diteliti bahwa obat anti alergi dapat mengakibatkan ketiadaan perhatian.
- Faktor keturunan. Penelitian yang mengejutkan para orangtua adalah bahwa faktor keturunan merupakan faktor tunggal yang dipercaya sebagai denominator umum pada anak-anak ADHD. Anak-anak ADHD empat kali lebih mungkin memiliki saudara kandung dan orangtua yang juga mengidap ADHD ketimbang anak-anak normal. Juga, anak-anak yang mengidap ADHD dibesarkan oleh sebuah keluarga adopsi empat kali lebih mungkin memiliki orangtua biologis ADHD dari pada anak-anak tanpa ADHD yang diadopsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar