Jumat, 28 Mei 2010

Menghargai dan menerima perbedaan

Langkah sederhana yang bisa kita lakukan sebagai orang tua, adalah menjelaskan kepada anak-anak kita tentang keberadaan anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut. Dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh anak-anak yang masih kecil, kita bisa mengatakan misalnya (dalam kasus Don di atas): Don berbeda dengan kamu. Don tidak bisa diam bukan karena dia tidak mau diam, dia memang benar-benar tidak bisa diam, tubuhnya selalu mendorong dia untuk bergerak terus. Don juga sulit untuk menuruti kata-kata Guru, mungkin dia tidak mengerti. Don suka marah dan memukul, mungkin karena dia belum bisa bicara. Jadi, saat orang lain tidak mengerti apa yang dia mau, dia sedih, dan dia bingung bagaimana membuat orang lain itu tahu apa yang diinginkannya. Mama kasihan sama Don … dia perlu banyak dibantu. Mungkin dia juga butuh teman-teman yang mau mengasihinya.

Hal sederhana lain yang bisa juga kita lakukan adalah memperlakukan Don sebagai salah seorang teman anak kita, sama seperti teman-teman lainnya. Mungkin dengan menyempatkan diri berbincang dengannya, atau bermain dengannya (bila dia mau). Binalah hubungan dan komunikasi yang baik dengan keluarga Don. Semakin kita mengenal seseorang, biasanya kita akan lebih bersimpati dan berempati. Kita jadi memiliki “kaca mata” lain untuk memandang segala fenomena permasalahan yang mungkin tampak saat itu.

Sebagai guru, kita bisa menjelaskan kepada para siswa bahwa setiap anak unik adanya. Contoh yang sangat sederhana, ada anak yang mudah sekali belajar membaca, ada yang mengalami kesulitan. Ada anak yang cepat sekali memahami soal matematika, ada juga yang benar-benar harus berjuang dalam belajar matematika. Ada anak yang fisiknya sangat lentur, pandai menari balet atau senam, ada yang seolah badannya kaku seperti robot bila harus berada di lapangan olah raga. Ini semua dialami oleh anak-anak “normal”. Sayangnya, sebagian anak-anak di dunia ini mengalami keterbatasan yang lebih serius karena gangguan perkembangan dalam diri mereka. Misalnya: anak-anak yang terlahir cacat secara fisik. Mungkin mereka tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, atau tidak bisa bicara. Ada juga anak yang lumpuh kakinya karena terserang penyakit atau kecelakaan. Anak-anak ini, meskipun berbeda perilaku dan cara hidupnya, adalah juga anak-anak “normal” sama seperti kalian. Mereka butuh diterima dan dikasihi, mereka adalah teman-teman kalian di sekolah ini. Merendahkan atau menghina mereka karena kekurangan / kelemahannya, sungguh merupakan tindakan yang sangat tidak terpuji.

Mengajarkan kepada anak sejak dini, baik di rumah, di sekolah, maupun di Sekolah Minggu agar mereka peka dan peduli terhadap orang-orang lain merupakan investasi yang sangat berharga bagi terbentuknya suatu komunitas yang lebih “manusiawi” di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar